Minggu, 10 Februari 2008

PENDIDIKAN ADALAH WAHANA PERJUANGAN

ake spd
Salah satu aksi nyata yang dilakukan pelaku pendidikan khususnya guru dan sisiwa di kota jambi(24-1-2008 dalam menuntut perbaikan pendidikan di kota tersebut dengan demonstrasi perlu mendapatkan apresiasi. Setelah sekelompok guru yang mengatasnamakan Airmata Guru yang membongkar kecurangan pelaksanaan Ujian Nasional tahun lalu, reaksi yang menunjukkan perlunya pembenahan di bidang pendidikan kembali ditunjukkan secara terbuka di kota jambi. Hal ini merupakan sebuah kemajuan berarti dalam hal advokasi kepentingan rakyat dibidang pendidikan.Walaupun advokasi serupa sering di lakukan guru tetapi dengan tujuan yang sifatnya pribadi seperti kenaikan gaji. Tetapi apa yang dilakukan di jambi menurut saya sungguh merupakan dorongan moral moral action. Dimana di ketahui bersama bahwa pendidikan yang merupakan hak warga Negara selama ini tidak terlalu di perhatikan oleh pengambil kebijakan dinegeri ini. Ini dapat dilihat dari pengalokasian anggaran di bidang tersebut jauh dari amanat UUD.
Sebagaimana di berbagai media di beritakan bahwa aksi mogok belajar mengajar yang sering dilakukan oleh guru dan siswa dalam memperjuangkan hak – haknya maupun hak warga Negara yang lain dianggap menggangu proses belajar mengajar, akan tetapi perlu diketahui bersama bahwa aksi yang dilakukan guru tersebut merupakan proses belajar khususnya mengajarkan kepada siswa untuk berani berkata benar dan mengajarkan kepada generasi pelanjut bangsa untuk memperlihatkan kejahatan institusional yang tidak hanya bisa di perbaiki dengan cara diam. Tetapi perlu aksi nyata dari pelaku pendidikan untuk memperbaikinya. Sebab guru terdiam dalam melihat ketidakbenaran yang terjadi di institusi pendidikan, itu sama halnya mengajarkan siswa akan kebohongan, dan hal tersebut sangat bertentangan dengan tujuan prosesbelajar yang sesungguhnya. Oleh sebab itu tidaklah sepenuhnya benar kekhwatiran berbagai kalangan termasuk orangtua akan terhambatnya prosesbelajar mengajar. Sebuah kewajaran jika orangtua siswa yang mengkhwatirkan akan hal tersebut karna di pikiran mereka prosesbelajar hanya terjadi didalam kelas. Akan tetapi jika para praktisi pendidikan yang dianggap banyak tau akan pendidikan berpendapat seperti orangtua siswa adalah sesuatu yang tidak wajar dan perlu di pertanyakan kepakarannya.
Terlepas dari kontroversi efek dari tindakan yang dilakukan selama ini oleh guru, tetapi sesuatu yang perlu diketahui bersama bahwa tindakan tersebut didasari oleh alasan yang sangat rasional. Dimana masih terdapat beberapa guru yang memiliki hati nurani untuk melihat perbaikan dibidang pendidikan yang selama terpuruk baik dari segi kualitas autput mapun dari segi menejerial yang buruk. Sebuah institusi yang sangat diharapakan melahirkan generasi pelanjut bangsa tetapi juga sekaligus melahirkan calon – calon penjahat baik itu preman maupun koruptor. Sebuah institusi yang diharapkan menjadi miniature masyarakat akan kehidupan social yang baik tetapi sekaligus memperlihatkan contoh kehidupan social yang jahat.
Jika kita sekarang memiliki paradigma yang pesimis. Semua orang sepakat bahwa pendidikan adalah satu - satunya wahana untuk memperbaiki kondisi bangsa hari ini. Kita tidak lagi sekarang percaya pada lembaga lain seperti eksekutif, legeslatif dan yudikatif. Karna disanalah sebahagian besar orang – orangnya yang telah menghancurkan negeri ini. Pendidikan merupakan satu – satunya harapan untuk memperbaiki negeri ini. Mungkin hal ini merupakan salahsatu asumsi dari guru – guru yang melaksanakan aksi di Jambi.
Mengharap Alokasi anggaran dari belanja Negara atau daerah untuk pendidikan sesuai dengan amanah UUD, dewasa ini memang seakan – akan merupakan suatu hal yang dilematis jika di perhadapkan dengan kondisi APBN atau APBD yang cukup minim ditambah dengan lilitan utang luar negeri untuk APBN, Akan tetapi bukan suatu hal yang mustahil untuk direalisasikan alokasi anggaran tersebut. Walaupun masih sedikit daerah yang dapat diambil contoh yang telah mengalokasikan anggaran belanja daerahnya sesuai UUD tetapi hal tersebut dapat di jadikan indicator bahwa apa yang menjadi keinginan guru dan siswa di jambi adalah suatu hal yang realistis. Dengan catatan terlepas dari naiknya pajak daerah tersebut yang kenaikannya sungguh juga tidak realistis. Tetapi itu lebih dirasakan oleh masyarakat ketimbang semuanya di korupsi.
Walaupun dana pendidikan bukanlah satu – satunya komponen akan keberhasilan pendidikan akan tetapi dalam konteks sekarang ini dana anggaran sangat di butuhkan pada bidang tersebut mengingat banyaknya sarana dan prasarana pendidikan yang rusak serta fasilitas belajarmengajar yang perlu diperbaharui seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini merupakan salah satu kerangka piker dimasukkannya nominal anggaran yang harus dipenuhi pemerintah dalam UUD. Oleh sebab itu pemerintah selaku pengelola negeri ini untuk berbaik hati dengan tidak mengkorupsi semua anggaran yang di dapatkan dari upeti rakyat. Terkadang masyarakat merasa pesimistis, jika melirik kelakuan para penguasa negeri ini yang banyak menganggarkan jalan – jalan, rekreasi dan tunjangan untuk kepentingan mereka sendiri ketimbang mengalokasikan anggaran untuk kepentingan rakyat khususnya di bidang pendidikan.
Oleh sebab itu diperlukan kesadaran bersama dari masyarakat secara umum dan guru secara khusus sebagai pelaku pendidikan untuk berteriak dengan lantang agar pemerintah yang selama ini tidak mau mendengar dapat terbangun untuk sedikit berpura – pura baik dalam mengolokasikan anggaran untuk perbaikan pendidikan di Indonesia. Guru bukanlah sosok yang mengajarkan nilai – nilai kemanusian, kebenaran dan keadilan yang sekaligus terdiam melihat nilai – nilai tersebut dipertontongkan di depan mata mereka. Tetapi guru adalah kaum yang dipercayakan untuk mengajarkan sebuah nilai, yang bukan hanya ada dalam teori tetapi nilai itu harus mewujud dalam kehidupan nyata, bagaimanapun cara dan metodenya. Kita sudah lelah mengharap perbaikan pendidikan yang selama ini diamban kehancuran. Berbagai masalah yang muncul dalam bidang pendidikan merupakan sebuah mata rantai yang sampai sekarang belum bias di dapatkan ujung pangkalnya. Mungkin karna terlalu banyak pakar dan praktisi pendidikan yang melihat bidang ini sebagai salah satu lahan komoditi yang laku di perjaulbelikan. Kesadaran akan pendidikan yang berkualitas harus dikalahkan oleh pemikiran yang pragmatis. Sehingga yang terjadi kemudian beberapa guru terjebak pada paraktek mafia pendidikan
Dalam konteks sekarang ini sudah menjadi kerinduan kita bersama akan lahirnya guru yang tegas berteriak di depan atasannya untuk berkata tidak pada setiap bentuk pelanggaran terhadap nilai dari apa yang sedang diajarkan pada siswanya. Kita mengharapkan kehadiran guru-guru yang paling tidak dicontohkan oleh mereka yang ada di jambi. Yang tidak hanya berteriak ketika gajinya di potong oleh atasannya akan tetapi juga berteriak ketika masyarakat di sekitarnya di khianati oleh penguasa di negeri ini.
Semoga apa yang dilakukan teman – teman di jambi dapat menjadi contoh bagi kaum pelaku pendidikan di daerah lain untuk bergerak menuntut kembali hak – hak rakyat khususnya di bidang pendidikan yang selama ini dirampas oleh oknum – oknum yang tidak bertanggungjawab. Kita tungguuuuuuuuuuu……

Tidak ada komentar: